Senin, 07 September 2009

puisi- puisi

Titik – titik tak punya arti

Kini kumulai mengakat pena
Kuteteskan sepercik kenangan
Saat ku bayang termenung
Ku ingin tetap seperti dulu
Tanpa berpisah

Kini kumulai kembali
Hatiku kembali seperti dulu
Kuharap suasana
Kebersamaan…….
Ketenanggan……
Keceriaan yang dulu tak pernah berubah

Tetesan tinta ini
Mengukir kenangan
Sebagai tindasan saat mengingat
Tapi darah kita sudah bercampur
Tak kan terlepas

Tapi hanya ini yang bias kuperbuat
Tuk melihat masa lalu
Kini kita tak saling mengerti
Dimana sendiri – sendiri
Dimana kau, dimana aku
Kedua tak saling tau

Tapi ku harap benang ini
Takkan pernah terputus
Dan mengaharap kembali tetap memanjang
Seperti dulu……..






“ sesuatu yang kita anggap mudah sebenarnya mudah bagi kita namun sesuatu yang kita anggap mudah adalah sesuatu yang sulit bagi kita, karena itu kita terlena ”

“ suatu kebiasaan adalah cerminan perilaku dan kehidupan ”

“ berpikir positif dan percaya adalah modal keberhasilan ”


Renunganku

Bila dapat kembali
Kan kuluapkan semua beban ini
Aku tau kau begitu
Tak mungkin kusiakan

Kini salahku yang tetap terpendam
Kenapa ada rasa tak percaya
Sungguh….tak perlu disesali

Diladang baru ini
Dapat kupetik bunga mawar
Tapi…….
Tak ada yang merah sepertimu

Dimana kudapat mencarimu
Masih adakah kesempatan
Tuk kembali

Diladang baru ini
Penuh dengan rerumputan
Seperti dulu
Yang slalu menemani kita tumbuh bersama


Penyesalan Cinta

Waktu memang berharga
Dan….
Mengapa penyesalan slalu di akhir
Bagai punguk merindukan bulan
Meminta sebuah waktu tuk kembali

Sayang
Ada air tak kumanfaatkan
Wahai raja dunia
Apakah ini jalanku

Bila saja kubisa kembali
Kesalahan ini tak kuulangi
Kenapa aku baru mengerti
Sewaktu aku berdiri di dalam hari

Coba dulu aku pahami
Kau mungkin takkan pergi
tragedi ini tak terjadi
Dan kau tertambat di hati
Penyesalan Hati

Knapa kudulukan ego
Knapa kuberlagak hebat
Demi mencapaimu
Malah kusakiti kau

Tapi kumengerti
Dirimu suci
Smua yang kau berikan
Smua yang kau lakukan
Hanya untuk hatimu

Ku tau isi hatimu
Walau kau membisu
Kuamati stiap langkahmu
Kau lakukan smua yang ada dalam hatimu

Kubersama hati lain
Walau sebenarnya kosong
Maafkan aku
Bila aku menyakitimu

Sungguh ini penyesalanku
Dimana aku harus mencari
Keberadaan dirimu
Kuingin waktu itu terulang lagi
Tuk menebus kesalahan ku

Di waktu yang kosong
Bayangmu slalu dihatiku
Lalu mengapa kau begitu
Melepasku dengan hati lain
Seolah tak ada cemburu
Akupun tak ingin begitu
Ku ingin kita slalu menyatu
Tapi sayang smua itu tlah berlalu

Kenangan kita


Saat dulu masih bersama
Saling menyapa dan saling berbagi rasa
Suka cita dilalui bersama
Sedih,gelisah,senang smua menyatu
Tapi tetap tegar berjuang bersama

Walau kadang terasa resah
Walau kadang terasa berat
Penuh beban dan ketakutan
Tapi tlah kita lalui bersama

Hari ini dimana kita berdiri sendiri
Ku ingat masing – masing
Canda… tawa….
Yang pernah dilalui bersama
Waktu itu tiba
Ku coba mencari smua
Satu demi Satu
Tapi ternyata kau tlah pergi
Melupakan dan meninggalkan secuil bagianmu
Terbang jauh, mencari masa depan
Sendiri – sendiri

Yang kuinginkan
Sadarlah, kembalilah dan ingatlah
Kita masih Satu
Seperti dulu
Jangan pernah kau tutup dirimu
Jangan pernah sembunyi dariku
Seolah – olah tlah menghilang

Apa kau tak ingat dan tak butuh aku lagi
Aku masih dihatimu
Aku masih disampingmu
Jujurlah dimana kau berada kini
Wahai daun seperjuanganku
Berharap


Kapan lagi kita saling bertemu
Kapan lagi kita berbagi
Kapan lagi kita merasa
Senang dan ceria bersama

Mengapa smua berkesan
Mengapa smua terjadi
Mengapa harus bertemu
Mengapa ada perpisahan

Wahai penguasa alam
Maha besar kemuliaanmu
Tak dapat ditandingi
Tak dapat diimbangi

Tercipta malam dan siang
Tercipta kasih dan benci
Tercipta malaikat dan setan
Tercipta surga ada pula neraka
Tercipta datang dan pergi
Tercipta hamparan luas yang bergelombang
Tercipta pula hamparan luas yang kokoh
Bagaimana kau mencipta
Itu smua rahasiamu
Tapi hambamu hanya meminta
Beri kesempatan tuk bertemu


Suratku Untukmu


Sebenarnya aku ingin melangkah ke depan
Berusaha melupakan yang lalu
Mencari jalan baru
Yang dapat aku tuju

Tapi anganku
Tak bisa melupakan waktu itu
Rupamu masih terngiang di hatiku
Seolah tak lepas dari memoriku

Di jalan yang baru ini
Kuharap menemukan dirimu
Walau dalam bentuk yang lain
Memang…….
Jalan ini penuh wewangian
Namun semerbaknya tak sepertimu
Wanginya dirimu di hatiku
Aku dan jiwaku

Aku bukanlah pejago
Dan bukan pula merpati biru
Dan tak pantas di pangggil dara jantan
Dara berwarna putih
Berlambang suci
Penuh dengan kemurnian

Aku hanyalah
Dara yang tak berwarna
Putih dan biru tak dapat dibedakan
Diriku penuh dengan duri

Hatiku dan kataku menusuk hati
Gelas yang pecah takkan kembali lagi
Dapat melekat tapi tak murni
Lebih murni kesucian hati
Yang tak pernah ternodai


Petir dan petir

Kilat datang
Petir menyambar
Mereka tak terpisahkan
Mati satu mati smua

Jika kalbu
Bintang dapat bersinar
Membara api
Panas menyelimuti di hati

Wajah memerah
Hati mencair
Penuh dengan isi
Penuh dengan ilusi
Lepaskan diri
Hanya karena sebuah rasa di hati

Masa lalu dan Bintang

Tergulir butir – butir embun pagi
Terasa ketengan hati
Teringat hari – hari yang lalu
Di sini masa depan menunggu

Ribuan berlian memantulkan cahayanya
Menunjukkan kencantikkan dan keelokkannya
Tapi ku temui kekosongan
Terhimpit relita

Waktu lalu dan sekarang sama
Sang bintang masih berkilau
Menyinarkan cahayanya
Tak mau, tak mampu
Meredupkan cahayanya
Surat sahabat

Wahai sahabatku
Engkau adalah teman hidupku
Pengendali amarahku
Sahabat hidupku

Tetapi dimanakah kau kini
Ku tetap menunggu dan mencari
Walau tak ada bukti

Kurenungi diriku
Kucari kesalahanku
Tapi knapa kau pergi
Aku jadi kesepian
Dan penyemangat hidupku lenyap tak tiada



Hati seorang Ibu

Engkau dulu tak punya kata anakku
Tetapi sekarang kau berubah
Banyak kata yang kau ucapkan
Kata benar dan salah tak kau bedakan

Tua muda kau samakan
Hewan manusia tak kau bedakan
Ayah ibumu kau dustai
Ayah ibumu kau sakiti

Ucapan salah kau hafalkan
Ucapaan benar kau lupakan
Kau anggap manusia hewan
Kau anggap hati mainan
Kau permainkan kalbu ini anakku
Hati ini tertusuk duri
Yang kau buat sendiri








Polisi Lalu Lintas

Matahari mengelincir
Panas semakin panas
Tapi kau tetap berdiri tegak
Kau atur perjalanan
Tuk hindari kesalahan

Awan semakin tebal
Panas menjadi tenggelam
Petir menyayikan lagunya
Hujan semakin deras
Keadaan semakin mencekam
Tapi kau tetap tak takut itu
Walau bahaya datang
Keringat mengucur bagai hujan deras
Kau tetap peduli akan smua
Tanpa kau jalan kan temui kesalahan

Indahnya Sore Hari

Bel berbunyi
Menandakan waktu pukul 17.00
Kulihat angkasa
Sang surya mulai berjalan
Tuk berikan cahaya malamnya

Terlihat segerobolan awan merah
Menambah indahnya sore
Menjadi teman sang surya
Berikan hiasan sore
Keindahan yang tak terlukiskan
Hanya dari sang pencipta
Berikan kesan beribu makna
Aku

Aku hanyalah manusia biasa
Tak luput dari dosa
Dan salah kata
Makluk sempurna tak dapat ku laksanakan

Kutumpuk banyak dosa
Kumulai mencari tiket masuk neraka
Hati semakin resah di tua ini
Knapa kujalanka banyak kesalahan
Yang tak kupertimbangkan dengan matang

Tapi masih ku punyai waktu
Tuk menghapus dosa

Puisiku

Kau hidupku…
Kau inspirasiku
Kau cita – citaku

Untukmu…
Ku tumpuk kesalahan
Tapi, ku berusaha hapus itu
Walau ocehan,……..
Dan kekurangan
Trus bertumpuk jadi Satu
Tapi, itu tak seberapa buatku
Berat tuk jadi yang terbaik
Tapi, ku kan terus maju
Mengapai sucinya buatmu
Ku berharap kau dapat penghargaan

Ksatria Rakyat

Zaman terus berkembang
Modern mendominasi bumi pertiwi
Ksatria lama tlah berganti
Muncul ksatria muda
Tapi…….

Cetusan peluru dan teriakan rakyat
Terus silih berganti
Sabang merauke mencekam
Banyak anak bangsa jatuh

Tapi………..
Ego lebih penting darinya
Rakyat sengsara
Kesenangan kepadanya

Rakyat tertipu
Populer bukan jaminan
Popular tutupi kedok mereka
Yang kami pinta rakyat jelata ini
Hanya kejujuran semata

Bumi Indonesia

Wakil rakyat silih berganti
Penyimangan, kesalahan, ketidak adilan
Dan ketidak puasan
Silih berganti menjadi Satu

Pihak – pihak saling menjatuhkan
Saling membuka rahasia
Rakyat jadi korban
Kelaparan dimana – mana

Yang miskin semakin miskin, yang kaya sebaliknya
Wakil rakyat saling cari dukungan
Politik dilakukan
Kesalahan dan kekeliruan dihalalkan

Lihatlah bumi pertiwi ini
Kami rakyat jelata
Menginginkan kebijaksanaan
Dari wakil rakyat yang perkasa
Opiniku

Bila ku ditanya
Kau pilih siapa
Ku jawab, ku pilih mereka
Yang berdiri tegar, bijaksana dan tak semena – mena
Tak sedikit orang
Iri dan dengki kepada mereka
Disana, mereka melakukan sesuatu yang tak kita tau

Ribuan cibiran dan makian terlontar
Pahit dan pedas tergiang di telinga
Andaikan mereka semua tau
Bagaimana sulitnya menata
Jangan meliat tepinya

Lihatlah mereka
Di balik ketegaranya
Tersimpan kerapuhanya
Yang sudah lama mereka rasakan sendiri

Ku Menyesal

Air mata bercucuran jatuh kebumi pertiwi
Kenangan pahit masih membekas
Tua sudah mengejar
Dosa sudah meninggi

Apakah ini akhirku
Dengan dosa yang terus meninggi
Knapa ku tak menumpuk pahalaku
Dan mencari ilmu

Adakah kesempatan kedua kalinya
Tuk cari kebenaran
Dan tuk hapus dosa ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar