Jumat, 04 September 2009

Cerita Kita

Cerita Kita

Namaku Oloi, umurku 12 tahun, aku tinggal di kampong nelayan pesisir pantai selatan. Aku anak pertama dari 4 bersaudara, bapakku adalah seorang penjual kelapa,setiap pagi aku dan bapakku menjual kelapa – kelapa panenan dari desaku ke pasar di daerah kota yang jaraknya 30 Km dari desaku, dengan naik sepeda bergerobak. Ibuku adalah seorang pembantu nyuci di rumah Pak Kaman, seorang yang kaya didesaku, yang punya puluhan perahu didesaku. Adik- adikku masih kecil – kecil yang pertama namnya Antok, dia berumur 8 tahun, dia sekarang masih kelas 3 SD, yang kedua adalah Indi dia perempuan umurnya masih 5 tahun, dia masih belum sekolah, tahun ini dia mau masuk taman kanak – kanak dan yang terakhir bernama alif, dia adikku yang terakhir dan sekarang umurnya masih 2 tahun. Aku bersekolah di SD Manunggal, aku masih kelas 5 SD. SD Manunggal adalah stu – satunya SD di desaku, jarak dari rumahku cukup jauh sekitar 6 Km. Walau aku tinggal di desa nelayan namun keluargaku tidak ada satupun yang menjadi nelayan, memang dahulu bapakku bekerja sebagai nelayan, namun sejak perahu bapakku terbalik dan 2 temannya menghilang bapakku menjadi takut dan tidak mau menjadi nelayan lagi, selain itu keluarga kami juga sudah tidak mempunyai perahu untuk mencari ikan, perahunya sudah dijual untuk membiayai kehidupan kami berenam setiap hari.

Aku sangat cinta Indonesia, Indonesiaku sangat kaya akan hasil alam contohnya didesaku saja di sana banyak seklai ikan yang beraneka ragam, selian itu juga ada terumbu karang dan mutiara yang dengar – dengar harganya sangat mahal. Itu hanya didesaku saja mungkin desa – desa lain lebih banyak kekayaanya menurutku…….aku sangat bersyukur kepada tuhan karena dilahirkan di Indonesia tercinta ini, sungguh kebahagiaanku tiada tara dapat terlahir di Indonesia ini, selain itu Indonesia ini juga memiliki pemandangan yang bagus,semua itu aku lihat Cuma didesaku saja pantai yang membiru, angin sepoi – sepoi yang mampu membua hati tenteram, apalagi bila dirasakan di bawah pohon kelapa yang menjulang tinggi ……….pemandangan sore haripun tidak kalah bagusnya dimana matahari tengelam air laut menjadi kuning dan akhirnya merah ………..” wah,sunggguh bagus.” Setiap kali aku berpikir.” Bagaimana dengan desa lain ya…… .”apakah ini Indonesiaku….?dan ternyata Indonesiaku sungguh kaya.”

Suara langkah kaki dan sepeda terdengar di telingaku, walau pada waktu itu aku sedang tertidur, tidak lama kemudian terdengar suara yang membangunkanku…Oloi…….oloi….bangun sudah jam 3, ayo ke pasar .” ternyata suara itu bapak yang membangunkanku untu diajak perg kepasar , dengan mata yang masih setengah membuka aku berjalan ke kamar mandi mau cuci muka. Ayo Oloi sudah siap belum….? Ternyata bapakku sudah siap sejak tadi, gerobaknyapun sudah tertata dengan rapi,”sebentar pak,aku mau menyiapkan buku – buku dan seragam sekolahku dulu pak.” ( itu semua sudah biasa aku siapkan, karena setelah dari pasar aku langsung pergi ke sekolah ). Antok tidak ikut bersama kami walau aku dan dia satu sekolah, biasanya Ibu yang mengantar Antok pergi ke sekolah, sekalian Ibu berangkat kerja di rumah Pak Kaman. Aku berangkat bersama Bapakku,Bapak yang berada di depan menyatir sepeda dan aku naik diatas gerobak Bapak. “ Oloi jangan lupa bawa batu buat ganjal nanti sewaktu di tanjakkan .” Bapakku menyuruhku. Iya pak !”jawabku. biasanya sewaktu ditanjakkan yang jauhnya hampir 8 Km itu kami harus berhenti, karena harus bagaimana lagi tenaga kami terkuras disana, tapi kami maklumi rumah tempat tinggal kamikan berada di daratan rendah dipesisir pantai, sedang kota berada di balik bukit yang memisahkan desa dengan kota. Sampailah waktunya tugasku yang kunanti – nanti tanjakan sepanjang 8 Km. aku langsung turun mencari batu, setelah dapat langsung aku dorong gerobaknya dari belakang sedang Bapakku mendorongnya dari samping sepeda, sesekali kami berhenti untuk ngaso…. Kira – kira pukul 06.00 WIB kami sampai di pasar kota. Seperti biasa Bapak langsung menurunkan kelapa dan menjual ke langganan kami Pak Cipto. Setelah di timbang dan pembayaran selesai kami langsung pulang, kali ini waktu yang kami tempuh tidakseperti waktu berangkatnya, karena jalannya turun jadi tinggal nylurut aja. Akhirnya aku sampai disekolah seperti biasa jam 8 tepat, jam segitu aku masih belum terlambat karena kelasku masih jam 9 pagi, maklum sekolahku hanya mempunyai 3 kelas. Jadi, di bagi waktu belajarnya. Kelas 1,2 dan 3 masuk pagi hari jam 6 sampai jam 9. Kelas 4,5 dan 6 masuk jam 9 sampai jam 12. selain itu, sekolahkui juga keterbatasan guru pendidik, dari 6 kelas kami hanya mempunyai 4 orang guru itu saja sudah termasuk dengan Kepala Sekolah. Kucium bau badanku, “ Wah ternayat keringatku membuat badanku wangi.”,yah seperti biasa aku harus mandi di kamar mandi sekolahan sekaligus ganti baju di sana,bel berbunyi tanda anak – anak kelas 1,2 dan 3 pulang berarti saatnya aku masuk sekolah. Di kelasku jumlah muridnya sebanyak 15 orang, lalu kelas 6 sebanyak 1 orang dan kelas 4 sebanyak 20 orang. Di kelasku murid terpandainya adalah Irzi anak Pak kasman. Kadang aku berpikir tuhan itu tidak adil Irzi anak yang pandai dan Pak Kasman adalah orang kaya, mereka semua segalanya berkecukupan, hidup enak, makan enak, tidur enak pokoknya segalanya enak …sedang aku , keluargaku tidak punya, makan seadanya tidur ditikar yang tidak ada empuknya sama sekali, aku juga tidak pernah mendapat juara kelas sampai saat ini, sungguh aku berpikir tuhan tidak adil.
Sekarang sudah sore biasannya jam- jam segini aku dan teman – teman bermain bola dipantai dan pulang jika sudah waktu mag’rib dan habis is’yaknya lagi aku bias menonton TV di rumah Pak Lurah bersama – sama warga yang lain. Di sana di Televisi Pak Presiden sedang berpidato masalah minyak, kuamati beliau,” wah Pak Presiden sangat gagah dan berwibawa, andai aku nanti bisa menjadi seperti beliau bahagialah aku. Dalam hatiku berkata, “ ternyata inilah Presiden Indonesia yang kaya dan indah pemandangannya. Sungguh Pak Presiden harus bersyukur karena mempunyai wilayah seperti Indonesia ini. Terus kuamati setiap perkataan dari Pak Presiden, ternyata beliau sangat padai menurutku, setiap perkataanya membuat hatiku menjadi bangun dan tergugah untuk lebih mencintai Indonesiaku. “ Wahai Indonesia yang kaya , itulah Presidenmu yang gagah dan berwibawa,” gumamku. Aku ingin seperti Pak Presiden.
Hari berganti hari kegiatanku tetap seperti biasanya sampai saat ketika bnedungan yang berada di kota sudah selesai di bangun. Aku mendengar kabar dari orang – orang yangada di pasar bendungan itu mau di resmikan oleh Bapak Presiden, kira – kira tanggal 30 September atau kira – kira satu bulan lagi. Dari itulah jiwakubangkit, aku ingin bertemu dengan Pak Presiden dan menunjukkan pantai di desaku dan berkata,” Pak Presiden selamat Bapak telah memiliki dan mempinpin sebuah Negara yang kaya dan indahnya luar biasa.
Mulai dari itu hari – hariku berubah, setiap saat rasa kegembiraan selalu dating di hatiku karena cita – citaku untuk bertemu Pak Presiden akan terwujud, aku berpikir setelah bertemuPak Presiden lalu Pak Presiden berwasiat dan menjadikan aku presiden selanjutnya untuk mengantikan beliau. Tujuh hari sudah penantianku utnuk bertemu Pak Presiden, kalenderku dirumah menjadi bukti itu semua, angkanya tela tercoret – coret oleh tanganku.
Pada hari ketujuh inilah semua masalah didesaku mulai muncul. Aku dengar – dengar para nelayan di desaku mulai kesulitan untukmencari ikan, aku dengar banyak ikan – ikan dipantai yang mati serta banyak terumbu karang yang rusak. Entah penyebabnya apa,akupun tidak tahu, tetapi menurut orang – orang, matinya ikan – ikan di laut di desaku disebabkan karena ada sebuah pabrik pengolah karet yang membuang hasil limbah ke sungai dan akhirnya sampai dilaut. Entah kenapa walau laut didesaku sangat luas sampai ujungnya tidak terlihat, tetapi masih saja pencemaran oleh limbah dapat mengakibatkan semua ikan – ikan mati. Selain itu menurut orang – orang ada sekelompok nelayan yang menggunakan bom atau bahan peledak untuk mencari ikan, sehingga banyak ikan – ikan mati, kehidupannya rusak serta terumbu karangpun ikut rusak. Padahal banyak orang yang mengantungkan kehidupan dari terumbu karang dan ikan. Namun menurut Bapakku tidak ada tindakan apapun dari para polisi untuk menangani masalah itu. Memang semua masalah itu sudah dilaporkan warga desaku kepada Bapak Lurah dan Bapak Lurah sudah berjanji akan melaporkannya kepada Pihak Kecamatan supaya ditanggani. Karena aku masih berumur 12 tahun, aku tidak tahu apa – apa, yang aku bias hanyalah mendengar dan berusaha menerima apa- apa yang dibicarakan Bapak dan warga nelayan didesaku. Tiba – tiba datang Pak Lurah menghampiri kerumunan Bapakku dan para warga nelayan, dari kejauhan berusaha aku dengarkan apa yang mereka bicarakan. “ selamat sore saudaraku sekalian,” sapa Pak Lurah. ‘ Sore Pak !” sahut Bapak dan para warga nelayan. “ Begini saudara sekalian,” lanjut Pak Lurah, “ saya datang kesini mau menjelaskan tentang masalah kita akhir – akhir ini, begini saudara sekalian, saya baru saja pulang dari Kecamatan, disana saya dan para pejabat Kecamatan, termasuk Pak Camat mengadakan suatu rapat, disana saya sudah jelaskan semua masalah kita bersama, tentang kehidupan laut kita ini, namun saudara – saudara sekalian ternyata tidak seperti yang kita harapkan, ternyata Bapak Camat belum berani untuk menindaklanjuti masalah kita ini, beliau mengatakan bahwa semua itu bukan kewenangan dari Pak Camat, semua itu sudah menjadi kewengan Bapak Bupati, Pak Camat tidak bias berbuat apa- apa, sebab mereka ( industri dan para nelayan yang memakai bom atu bahan peledak itu ) sudah mendapat izin dari pihak Kabupaten secara langsung, mereka sudah memiliki kekuatan hokum untuk melakukan pekerjaan mereka, tetapi kita semua jangan kuatir, sebab Bapak Camat sudah berjanji untuk melaporkan masalah kita ini kepada Bapak Bupati”.” Baguslah kalo begitu Pak Lurah, walaupun kita belum lega terhadap hasil yang Bapak bawa tadi, tetapi setidaknya kami dapat berharap kepada Bapak Camat, setidaknya kecemasan dan kekwatiran kami sedikit berkurang”. Tegas Bapakku.
Itulah yang kudengar dari percakapan antara Pak Lurah dengan Bapakku dan para warga nelayan lainnya. Ternyata Bapak Lurah dan Pak Camat masih belum bisa untuk menangani semua masalah itu, dikarenakan kewenangan mereka yang terbatas. Andai saja yang mengizinkan mendirikan pabrik dan yang mengizinkan untuk mencari ikab itu adalah Pak Lurah atau Pak Camat pasti semua masalah ini sudah selesai. Namun tidak ternyata Pak Bupati yang memberi izin untuk pembuatan pabrik di daerah kota kami dan mencari ikan didaerah laut kami. Mengapa ya Pak Bupati melakukan itu membuat kami warga nelayan bingung, semua pikiran itu membuat aku menjadi benci kepada Bapak Bupati di Kabupaten tempat desaku berada.
Selang waktu 2 hari, seperti yang dulu, sewaktu Bapakku dan para warga nelayan desaku sedang berkumpul di Aula Kelurahan, karena setiap hari mereka semua begitu berkumpul bersama membicarakan masalah laut kita itu, datang Pak Lurah dengan wajah yang kusut, dari jauh aku terus pandang beliau. Menurutku walau aku tidak bisa membaca raut wajah, tetapi menurutku Pak Lurah membawa suatu berita yang pasti kurang mengenakkan bagi kami warga nelayan semua. “ Selamat sore saudara sekalian, bagaimana kabar semuanya ?”.” sangat tidak baik Pak Lurah kami merasa pusing dengan masalah kita ini Pak Lurah mencari ikan adalah pekerjaan kami semua Pak Lurah, kami sekarang tidak punya pekerjaan lagi Pak Lurah, malah Bapak Tanya keadaan, bagaimana Pak Lurah ini ? apa tidak lihat ? dilihat aja sudah nampak, kalau kami ini susah”. “ sudah Pak Madrus, niat Pak Lurah kan baik Tanya keadaan kita semua, Pak Lurahkan mau memastikan kita semua sudah baik atau belum, jangan salahkan Pak Lurah lah.”jawab Bapakku. Oya Pak Lurah ngomong – ngomong Bapak membawa berita apa hari ini ?” Tanya Bapakku. “ Begini Pak Rokhim dan warga sekalian, saya datang kemari membawa suatu berita yang kurang baik memang jika kita mendengarnya”. Apa itu Pak Lurah ?” sahut Pak Madrus. “ Baiklah, kemarin Bapak Camat mendatangi Kantor Kabupaten untuk melaporkan masalah yang sedang kita semua alami, namun hasil dari Pak Camat juga kosong, walaupun Pak Camat telah menjelaskan dengan sebenarnya bahwa industri dan pencari ikan itu merugikan dan meresahkan malah
Tidak tahu apa – apa yang aku rasa hanyalah mendengar dan berusaha menerima apa – apa yang dibicarakan bapak dan para nelayan di desaku. Tiba – tiba pak lurah menghampiri kerumunan bapakku dan para warga nelayan, dari kejauhan aku berusaha mendengar apa yang mereka bicarakan, “selamat sore sodaraku semuanya”.sapa paklurah,” sore pak lurah” sahut bapak dan para waga nelayan . “ begini sawdara sekalian, saya baru saja pulang dari kecamatan, disana saya dan para pejabat kecamatan termasuk pak camat mengadakan sebuah rapat disana saya sudah jelaskan semua masalah kita bersama, tetang kehidupan laut kita ini. Numun saudara –saudara sekalian ternyata tidak seperti yang kita harapkan ternyata bapak camat belum berani menindak lanjuti masalah kita ini, beliau mengatakan bahwa semua itu bukan wewenang dari pak camat, sebab semua itu sudah menjadi kewenangan bapak bupati, pak camat tidak bisa berbuat apa –apa, sebab mereka (industry dan para nelayan yang memakai bom peledak itu) sudah mendapat izin dari pihak kabupaten secara langsung, mereka sudah memiliki kekuatan hukum untuk melakukan pekerjaan mereka. Tetapi kita semua jangan kuatir karena bapak camat sudah berjanji untuk melaporkan masalah kita ini kepada bapak bupati.”. “ baguslah kalau begitu pak lurah, walaupun kita belum lega terhadap hasil yang bapak bawa tadi, setidaknya kita dapat berharap kepada bapak camat, setidaknya kecemasan dan kekhawatiran kami sedikit berkurang” tegas bapakku
Tiulah yang aku dengar dari pembicaraan pak lurah, bapakku dan para waarga nelayan …..,ternyata paklurah dan pak camat masih belum bisa untuk menangani semua masalah itu. Dikarenakan kewenangan mereka yang terbatas. Andai saja yang membarikan izin mendirikan pabrik dan yang mengiazinkan nuntuk mencari ikan itu adalah pak lurah atau pak camat pasti semua masalah ini sudah selesai. Namun tidak, pak bupati lah yang memberikan izin untuk mendirikan pabrik dikota kami dan mencari ikan didaerah laut kami. mengapa ya bapak bupati melakukan semua itu? Padahal semua itu membuat kami para nelayan bingun!!! Semua pikiran itu membuat aku menjadi benci kepada bapak bupati dikabupaten tempat desaku berada.
Selang waktu 2 hari seperti yang dulu, sewaktu bapakku dan para nelayan desaku berkumpul di aula keluraha, kerena setiap hari mereka semua begitu, berkumpul bersama membicarakan masalh laut kita itu. Datang paklurah dengan wajah yang kusut dari jauh aku terus pandangi beliau, tetapi menurutku paklurah membawa suatu berita yang kurang menyenangkan bagi kami warga nelayan semua. “ selamat sore saudara sekalian, bagaimana kabar semuanya?”. “ sangat tidak baik pak lurah, kami merasa pusing dengan masalah kita ini pak lurah, mencari ikan adalah pekerjaan saya pak lurah. Masalah pekerjaan kami semua pak lurah. Kami sekarang tidak punya pekerjaan lagi pak lurah, malah bapak tanyak kabarr, bagai mana pak lurah ini…? Apa tidal lihat? Dilihat aja sudah Nampak kalau kami sedang susah”,”sudah pak madrus, maksud pak lurah kan baik Tanya keadaan kita semua, pa lurah ka Cuma mau memastikan keadaan kita sudah baik atau belum jangan salahka pak lurah lah..”jawab bapakku. “ oya pak lurah, ngomong ngomong bapak membawa berita apa hari ini?” Tanya bapakku. “ begini pak Rokhim dan warga sekalian, saya datang kemari membawa beritayang kurang baik memang jika kita mendengarnya,” . “ apa tiu pak lurah?” sahut pak Madrus. “ baiklah kemaren pak camat mendatangi kantr kabupaten untuk melaporkan masalah yang sedang kita alami, namun hasil dari pak camat juga kosong, walau pun ppak camat telah menjelaskan dengan sebanarnya industry dan pencari ikan itu merugikan dan meresahkan malah menghancurkan perekonomian warga nelayan pesisir laut.namun pak bupati tidak menanggapi apa – apa, pak bupati malah menjelaskan bahwa semua kewenangan itu bukan miliknya …… industry dan pencari ikan tersebut katanya sudah mendapat izin langsung dari gubernur, buka hanya bupati. Pak bupati tidak bisa berbuat apa – apa,pak bupati tidak bisa berjanji untuk dapat menyalesaikan masalah kita semua ini”.” Percuma pak lurah hidup kita memang slalu ditindas, maklum rakyat kecil, kalau tidak ada kita tidak ada yang ditindas oleh para kaum elit” . sahut pak Madrus. “ ya tidak begitu pak madrus, walau kita rakyat kecil tetapi kita bukan gelandangan yang dapat ditindas dan diinjak – injak, kitamasih memiliki kelebihan dan kekuatan dari pada kaum elit itu pak madrus, mungkin kita lebih baik dari mereka, kita harus bangkit, kita tunjukkan semua kemapuan yang dimiliki kaum kecil seperti kita ini “ bapak menegaskan. “ ayo kita tunjukkan kekuatan kita pak rokhim kita harus unjuk rasa ke kantor bupati dan para wakil rakyat”, “ tidak boleh begitu pak madrus, bapak sekalian tidak boleh melakukan itu semua, karena itu semua akan membuat masalah menjadi semakin ruwet, saudara sekalin cukup mengandalkan saya dan bapak camat untuk memperjuangkan masalah kita ini” jawab pak lurah. “ itu kalau bapak bisa memperjuangkan masalah kita ini” pak madrus menyangkal
Rupa – rupanya usaha yang dilakukan pak lurah dan para warga nelayan masih belum menemukan hasil, walau masalah itu sudah sampai kepada bapak bapak camat bahkan ke pak bupati. Aku berpikir pemerentah itu jahat, mereka semena – mena bertindak, mereka semua tidak tahu bagai mana nasib kami semua, disini kami semua susah tetapi masih dibuat susah lagi, hal itu semakin menambah kebencianku kepada pak bupati bertambah.bahkan menjadikan aku kenjadi benci kepada pemerintah, aku pikir mengapa pak camat, pak bupati dan pak gubernur melakukan itu semua, apa salah kami pak?? Mengapa mereka melempar – lempar masalah kami dari pak camat ke pak bupati, dari pak bupati ke pak gubernur. Pak presiden tolong bantu kami paaaaak??
O iya, mungkina pak presiden bisa membantu menyelesaikan masalah kami ini, menurut pak guru pak presiden adalah orang yang mempunyai jabatan yang paling tinggi dan wewenang terhadap Negara ini, pasti pak presiden bisa membantu kami. Oh iya, 33 hari lagi kan pak presiden datang ke kota tempat aku tinggal, aku bisa mengadukan semua masalah kami ini kepada pak presiden. Tetapi 33 hari itu masih lama sekali, sedang nasib kami warga nelayan sudah sangat kesusahan, bagaimana kami bisa bertahan sampai 33 hari lagi.tujuh hari saja kami kehilangan pekerjaa kami sudah kebingungan apalagi 33 hari lagi. Bagaimana ini??? Aku berharap pak presiden lebih cepat datang ke kota tempat aku tingal, supaya aku cepat mengadukan masalah ini dan masalah kami ini cepat terselesaikan..masalah kami warga nelayan sudah sampai 14 hari dan kedatangan pak presiden ke kota kami masih 26 hari lagi, namun aku lihat semua warga nelayan sudah sangat memperihatinkan keadaannya, rata – rata keadaan tetanggaku banyak yang sudah kuras –kurus tubuhnya. Hamper semua warga wajahnya menjadi pucat dan lemas. Menurut sepengetahuanku mereka sudah tidak makan dengan layak sekitar lima harian. Aku sangat beruntung, untungnya bapakku bukan seorang nelayan, jadi kami masih bisa makan yang cukup, sekitar lima hari ini para nelayan hanya makan nasi akin.dari nasi sisa makanan masyarakat diperkotaan tempat aku tinggal. Ada sebagian dari mereka hanya memakan buah kelapa saja selama lima hari ini , ada juga yang memakan nasi yang lezat, namun itu hanya orang – orang kaya yang masih mempunyai persediaan makanan. Karena kondsi warga nelayan desaku sangat memprihatainkan, menyebabkan banyak orang yang sakit. Entah mereka sakit apa, tetapi kata orang – orang mereka sakit kelaparan. Teman – taman sekolahku juga mulai banyak yang tidak masuk karena mereka lemas dan sakit, aku liha 4 dari 15 siswa dikelasku, yang masih masuk. Itupun hanya anak orang – orang kaya yang masih punya persediaan makanan untuk makan kecuali aku. Kulihat sudah sedikit sekali orang – orang yang berkumpul di aula kelurahan pada setiap sore sepeti biasanya, sepertinya para warga nelayan sudah tidak mempunyai pikiran untuk menyelesaikan masalah ini, karena memikirkan untuk makan saja mereka sudah kebingungan,
Hari ke 20 keadaan mereka semakin memprihatinkan, banyak orang yang sakit kelaparan mulai meninggal, bapakku berinisiatif bagaimana kalau kita semua bertani, memang wilayah tempat tinggal kami ini tidak cocok untuk dijadikan lahan bertani, namun harus palagi, hanya itu satu – satunya jalan untuk dapat memperoleh makanan sehari – hari. Tetapi banyak warga yang tidak setuju dengan usulan bapakku itu, dikarenakan tempat yang tidak cocok, juga disebabkan kalau betani kita harus menunggu hingga panen padahal panen itu mebutuhkan waktu yang lama. Sedangkan keadaan warga disini sudah sangat kelaparan, namun apa lagi yang bisa kami lakukan untuk mendapat makanan, semua warga semua makin berfikir keras termasuk bapakku. Namun spertinya mereka sudah tidak dapat berfikir lagi karena mereka semua sedang kelaparan. Selang beberapa saat suasana menjadi hening, semua diam sepertinya mereka benar – benar brfikir, 5 menit , 10 menit , sampai 30 menit tidak satupundari mereka yang mempunyai pendapat, selang 1 jam meraka berfikir tetapi tetap saja dari mereka yang memiliki pendapat. Aku mulai sanksi dengan kecintaanku kepada Indonesia ini, ternyata walau Indonesia ini kaya akan hasil alam namun kami tetap kelapara.ternyata semua kekayaan alam tersebut hanya bersifat kedaerahan, seperti di daerahku, hanya untuk nelayan mencari ikan bukan untuk bertani dan bercocok tanam .
Semua masalah ini membuat pikiranku yang dulu masih kanak – kanak harus dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya. Tiba – tiba terdengar suara “ sauara sekalian bagaimana kalau kita semua bewira usaha atau berdagang saja, kan kita sudah memiliki kemampuan dibidang itu. Setiap hari kita telah berdagang ikan, mungkin itu akan membantu kita untuk bedagang” ternyata suara itu adalah suara pak lurah yang yang sejak masalah itu muncul pak lurah selalu bersama kami, “ begini pak lurah, dari mana kita mendapat modal, ya pak??” pak madrus menyahut. “ dari koperasi saja bapak – bapak” bapakku menyahut. “ tapi sepertinya uang kita dikoperasi sudah habis, dankoperasi saja sudah mau tutup, gimana itu??” jawab pak madrus.suasana menjadi hening lagi.tidak terdengar satu suarapun, yang terdengar hanya suara angin yang enak….
Aku hanya duduk tredim dibelakang kerumunan orang yang sedang berdiskusi, aku hanya bisa mendengar dan melihat apa yang mereka semua katakana, sungguh ternyata awalau desaku kaya ikan namun tidak kaya yang lainnya, mmemang benar kata guruku bahwa tidak semua tempat bisa menghasilkan hasil alam seperti yang lainnya, etrgantung tingginya suatu tempat dari laut, (pikiranku mulai mengingat pelajaran sekolah) suasana tetap hening.
Hari sudah sore dan pak lurahpun membubarkan diskusi itu tanpa hasil apa – apa, dengan penuh kecewa badan kurus dan kemah semua warga meninggalkan aula kelurahan,
Tiga puluh hari sudah berlalu semenjak masalah itu muncul, tinggal sepuluh hari lagi pak presiden datang ke kotaku, dan masalah itu sudah menjadi semakin lebih parah lagi, sekarang bukan hanya warga nelayan saja yang bingung dengan masalah itu, namun orang – orang kaya juga mulai merasakannya, banyak orang – orang yang kaya didesaku juga mengeluhkan masalah itu, ternyata bukan hanya warga miskin saja yang bisa kelaparan karena masalah ini, namun oarng – orang kayapun juga bisa kelaparan contohnya sekarang persediaan makanan mereka ternyata sudah habis, mereka tiap hari makan tetapi tidak ada pendapatan yang masuk.
Disuatu pagi seperti biasa aku bangun pukul 03.00, lalu menyiapkan pakain dan alat – alat sekolah, lalu berangkat kepasar bersama bapakku untuk menjual kelapa, dengan perut yang lapar kami nerdua berangkat dengan semangat, harapan kami nati sepulang dari pasar kami sekeluarga dapat makan, memang hasil kelapa saat ini tidak seperti biasanya, jadi gerobak bapak tidak begitu berat, Cuma terisi separuh saja, maklum sebagian kelapanya sudah dimakan buat ganjal perut setiap hari, dan tidak setiap hari kelapa yang dikebun kami tua.
Seperti biasa perjalanan kami melewati tanjakan sejauh 6 km, turunan dan lain – lain sewaktu kami lewat tanjakan tiba – tiba …. Deg sepeda bapakku menjadi berat, “ olio ada apa??” Tanya bapak, “ tidak ada apa – apa pak” jawabku. “ apa tidak kamu dorng lagi?” Tanya bapakku lagi, “ aku dorong pak…” . “kita istirahat dulu saja kalau kamu lelah” ajak bapakku . “iya pak” jawabku, lalu kami istirahat,dan saat ak mau mengganjal ban sepedku, kulihat ban sepedaku telah kemps, “ pak bannya kemps” seruku, “ apa?bapak kurang dengar…” jawab bapak , “bannya kepes pak” jelasku, “ o…,kemps pantas saja berat ya loi.. gimana loi, pasar masih jauh?” tegas bapak, “ gini saja, kita dorang saja sampai kita temukan tukang tambal ban, ayo Olio..!” bapak menegaskan, kulihat keatas waduh awannya memang sudah hitam seperti mau hujan. Tidak selang beberapa saat tetes air hujan mulai menjatuhi tanganku yang mendorang gerobak..”pak..hujan pak..” kataku. “ iya Loi, kjita tidak bawa mantel lagi, kita terus saja Loi, nanti kalau berteduh dulu kamu bisa terlambat sekolah” seru bapak,” oh iya tas kamu masukkan ke gerobak saja, erus tutupi dengan tas plastic itu, supaya pakaian dan bukumu tidak basah” tegas bapakku. Dan akhjirnyua kami melanjutkan perjalanan kami, hari ini perjalana kami sngatlah berat, ban kemps dan ditambah kehujanan, hujan semakin deras,dan sudah berjalan hamper 10 km kami masih belum menemukan tukang tambal ban. Tapi tidak lama kemudian kami menemukan tukang tambal ban. “ Oloi.. itu tukang tambal ban,kita tambal dulu” kata bapak “ iya pak…” jawabku . akhirnya setelah kami berjalan ± 13 km kami menemukan tukang tambal ban,dan sekalian kita bisa bertedu. “ pak, mau tambal ban pak” kata bapak pada tukang tambal ban itu, “yang mana pak yang ditambal?” Tanya tukang tambal ban itu, “ yang blakang pak” jaawb bapakku, setelah beberapa menit bapakku terperanjat “ pak skarang jam berapa?” Tanya bapak, jam 07.00 pak “ jawab tukang tambal ban itu, “ Oloi sudah jam 07.00 kamu kembali saja dulu kamu harus sekolah!!” perintah bapak, “ tapi pak, siapa yang mengantar bapak sampai kepasar??”tanyaku. “ biar bapak sendiri Loi, ayo kamu sekolah saja itu jauh lebih penting, kamu harus pintar Loi” tegas bapak, “ baik pak” jawabku. “ tapi Loi, sekarang masih hujan dan kita tidak bawa mantel, kalau kamu pakai pelepah pisang itu buat paying tidak apa – apa kan?” Tanya bapak , “ tidak apa –apa pak” jawabku. Langsung sdaja ku berangkat ke sekolah, namun tidak lupa aku bepamitan dan mencium tangan bapaku, supaya aku bisa lancer sekolahnya nanti, “ pak aku berangkat dulu ya, Assalamu’alaikum..” pamitku, “wa’alaikumsalam” jawab bapak. Langsung saja aku berlari berangkat kesekolah dengan bepayungkan pelepah pisan itu, memang lebih lama kalau aku berangkat sekolah dengan berlari, apalagi jaraknya sekitar 20 km dari tempat tambal ban tadi,akhirnya setelah 2 jam aku sampai di sekolah. Aku pkir aku pasti terlambat apalagi aku belum mandi dan ganti seragam sekolah. Dengan nafasku yang masih terengah – engah aku lihat sekolah masih sepi padahal sudah jam 09.00, tidak sperti biasanya kulihat sebuah papan bertuliskan “SEKOLAH INI DITUTUP” , “ apa sekolahku ditutup? Kenapa?” aku heran. Dari kejauhan terdengar suara seseorang memanggilku “Oloi…Oloi….” , ternyata suara itu adalah suara pak tatah seorang tukang kebun disekolahku, “Oloi..sekolah ini ditutup” pak tabah menjelaskan “ mengapa ditutup pak?” tanyaku . “ sekolah ini tanahnya diminta pak kamah, tanah yang dibanguni sekolah ini kan milik pak kamah,sekarang ia lagi banyak masalah dan dia telah bangkrut, tanah sekolah ini mau ia jual untuk menghidupi keluarganya, harus bagaimana lagi Oloi, sekolah ini terpaksa harus ditutup “ pak tatah menjelaskan. Aku hanya bisa tercengang karena tidak percaya sekolah tercinta yang dari situ aku dapat mengenal Indonesia tercinta ditutup. Akhirnya aku pulang ke rumah dengan sedih hati, “ pak presiden mengapa semua ini menimpa kami para warga nelayan”
Dua hari setelah skolah kami ditutup apk lurah mengajak para guru – guru sekolahku aulu untuk rapat, pak luarah mengajak para guru untuk memindahkan sekolahan sementara ke aula kelurahan. “ kasihan anak – anak desa kita pak lurah kalau tidak ada yang berpendidikan, siapa yang melanjutkan desa ini, apalagi sekarang zamannya suadah maju, takut kalau nanti kita warga nelayan kalah dengan daerah lain” ujar salah satu guru.
Akhirnya mereka sepakat menjadikan aula kelurahan untuk dijadikan sekolahan, dari semua par guru - guru langsung membuat jadwal sekolah yang baru, dikarenakan aula kelurahan Cuma satu itu saja ukurannya pun Cuma 4 meter dengan 10 meter,
Akhirnya diperoleh jadwal anak kelas 1 masuk jam 06.00-08.00, anak kelas 2 jam 08.00-10.00, anak kelas 3 jam 10.00-12.00, hari berikutnya anak kelas 4 jam 06.00-08.00, anak kelas 5 jam 08.00-10.00, anak kelas 6 jam 01.00-12.00, jadi kami saling bergantian saut hari masuk satu hari libur, bagi kami hari minggu libur tidak ada jika sudah waktunya masuk harus tetap masuk, masa kita harus kalah dengan para guru yang dengan satu kelas datang mengajar menempuh jarak 30 km sejak pukul 06.00-12.00 dengan satu kelas tanpa dibayar, Cuma jika masyarakat punya hasil lebih biasanya para guru diberi, namun jika jeadaan seperti ini tidak mungkin kami bisa member sesuatu pada para guru yang berjasa pada kami itu.
Sewperti kegiatanku dari pagi namum kali ini aku agak bisa nyantai karena sekolahku dekat dengan rumahku, tetapi aku tidak bisa lagi mandi disekolahan, sekarang aku harus pulang dulu kerumah untuk mandi dang anti baju.
Sudah 39 hari aku menunggu kedatanganpak presiden, warga disekitarku semakin memprihatinkan keadaannya, desaku sungguh sepi, kebetulan hari ini aku dapat giliran tidak masuk skolah, sewaktu aku maw mengelilingi desaku kulihat kanan kiri rumah - rumah warga sepi tidak ada yang bekerja lagi tidak ada yang ngobrol di depan rumah seperti biasanya. Entah mengapa, tiba – tiba aku mendengar suara anak seusiaku “ ibu…aku lapar…”rengek anak itu pada ibunya, “ tenang nak, ibu masih masak, tunggu sebentar lagi” jawab ibu, “ ibu sudah tiga jam masak, tetapi mengapa belum matang juga?”Tanya anak, “ ibu masak enak nak mangkanya lama, tunggu ya..” jawab ibu, anak itu langsung terdiam. Aku coba mengintip ke dapur ibu itu dan kulihat disana ibu itu sedang memasak, tetpi setel;ah ku amati ibu itu sedang menangis sesekali ibu itu membuka panci, pada waktu itu aku lihat ternyata ibu itu sedang memasak kulit kerang yang keras, “pantas saja sudah lama tidak matang juga, dan apa kulit kerang itu enak ya kalau di makan”, pikirku, aku langsung lari kerumah dan menceritakan semua hal itu kepada bapak, dan bapak menjelaskan padaku kalau kulit kerang itu tidak enak dimakan, bapak langsung mengambil lima buah kelapa dan membawa pergi kerumah Ibu itu.
“tok..tok..tok..” bapak mengatuk pintu rumah ibu itu, “ assalamu’alaikum bu…” ucap bapak’ “ wa’alaikumsalam..” ibu menjawab, “O…pak Pak Makrif,silahkan masuk pak…” ibu itu mempersilahkan bapak masuk kedalam rumahnya.” Ibu sedang sibuk??” Tanya bapak, “ ah..engak pak Cuma masak” jawab ibu, masak apa bu??” lanjut bapak, “ masak sekedanya saja pak” lanjut ibu, “ tapi baunya enak lho bu..”sahut bapak, “ ahenggak kok pak” sangkal ibu itu, “boleh saya melihatnya bu..??” ujar bapak, “si..si..silahkan pak..” , bapak langsung pergi ke dapur untuk melihat masakan ibu itu. “wah bu.. ibu bisa memasak kulit kerang, gimana resepnya bu??”bapak langsung mencicipi masakan ibu itu, “wah enak lho bu…rasanya sangat lezat, sudah lama say tidak makan makanan yang selezat ini..bu apakah boleh masakan ini saya beli bu??” puji dan tanbya bapakku pada ibu itu. “tetapi saya tidak punya uang bu..yang saya punya hanya lima biji kelapa ini bu, blehkah saya menukarn makan ini dengan lima biji kelapa ini bu..??”Tanya bapakku, lalu ibu itu mengangguk pertanda iya. Bapak langsung membawa pulang makanan ibu itu. Sewaktu di perjalanan bapak memberiku nasehat kalau harus saling tolong menolong walau kita juga dlam keadaan lesuliatan, kita disini tidak hidup sendiri, dan bapak juga bilang kalau sesuatu yang kita miliki belum pasti kalau itu adalah milik kita, mungkin itu milik orang lain yang sengaja tuhan kita titipkan pada kita, dan kita dijadikan perantaranya. Aku hanya bisa mengangguk karena aku lihat bapak rela memberikan lima kelapa dagangannya padahal kami hanya delapan buah kelapa, yang mau dijual besokmaklum semua kelapa sudah mulai habis karena setiap hari dipanen, itupun kelapa – kelapanya masih belum cocok uuntuk dipanen,tetapi hari ini ibu itu dan anak – anaknya sudah dapat makan, kelihatannya raut wajah bapak senang sekali kaena dapat membantu ibu itu.
o…ya, aku mulai ingat kalau besok harus bertemu dengan bapak presiden, aku aku harus menyiapkan semua keperluan untuk bisa menemui pak presiden, kusiapkan smua baju sekolahku yang meah putih lengkap dengan topi dan dasinya.
Hari ke 40 jam 03.00 tepat aku bangun seperti biasanya dan seperti biasanya pula aku membantu ayah menjual kelapa. Karenakelapa kami tinggal 3 buah jadi kami tidak membawa gerobak, aku bisa membonceng bapakku terus tanpa turun mendorong gerobak,mengayuh ban sepeda dan susah payah, hari ini perjalanan kami cukup cepat sampai dipasar.setalah kelapa laku Rp 15.000 kami langsung pulang dan dapat sampai rumah jam 07.00 pagi. Langsung saja aku mandi dan ganti pakaian sekolah. “ Oloi jam berapa ini kamu mau kemana?” Tanya ibu, “ iya bu.., Oloi mau ketemu pak presiden,katanya pak presiden datang jam 09.00 bu?” jawabku, langsung dengan cepat aku berpamitan dan pergi ke kota dngan meminjam sepeda bapak.
Akhirnya aku sampai di kota pukul 09.00, disana banyak pak polisi yang berjaga, mereka tinggi – tinggi dan besar. Aku lihat jalan jalan menuju bendungan yang mau diresmikan olleh pak presiden sudah sepi, aku berfikir mungkin jalan itu telah dikontrak pak presiden, jadi tidak boleh ada yang lewat, atau dibuat agar pak presiden cepat sampai bendungan dan menyelesaikan acara ini agar bisa kerja yang lain, karena katanya pak presiden itu orang sibuk. Suara alaram kencang berbunyi dari kejauhan terlihat mobil hitam, mengkilap, banyak jumlahnya berbaris panjan, mungkin itu pak presiden. Tiba – tiba masyarakat yang menyaksikan histeris dan maju menghampiri pak presiden. Sewaktu orang – orang maju aku berfikir, pak presiden itu yang mana mobilnya mengapa orang – orang sudah tau yang mana mobilnya, langsung saja aku ikut lari bersama orang – orang itu, tiba – tiba segerombolan polisi yang tinggi besar datang dan mencegah kami, kami semua didorong, karena tubuhku kecil maka akupun ikut terdorong sampai terjatuh, tetapi hal itu tidak mengurungkan niatku untuk bertemu pak presiden, aku coba lagi untuk berlari kea rah mobil pak presiden, tiba – tiba datang polisi yang besar menggertak sambil mendorong tubuhku, sampai – sampai tubuhku terlempar ke lumpur, bajuku sudah kotor terkena lumupur,mungkin pak presiden tidak mau bertemu denganku kalau aku kotor seperti ini, tapi aku harus membicarakan masalah itu, warga desaku telah menanti, mereka semua sudah kelaparan, sakit – sakitan dan menderita, bagaimana ini kucoba lagi menghampiri pak presiden, kini pak presiden telah turun dari mobil mewahnya, sama sewperti sebelumnya, pak polisi mencegahku dan mendorong pantaku hingga aku terjatuh untuk ketga kalinya, “ aku harus bisa menemui pak presiden..”
Grek… aku terbangun…., aku sudah dipinggair jalan di bawah pohon, “ nak sudah bangun?” Tanya kakek – kakek, “saya di mana kek?” Tanyaku, “ kamu tadi pingsan sewaktu gerombolan orang panic dan lari mendekati pak preside, ketika itu aku lihat kamu sudah pingsandengan baju berlumpur, aku kasihan lalu aku bopong kamu ke tepi, sekarang acara pak presiden sugah berakhir, sekarang sudah pukul 13.00 WIB, “ apa??” aku panic…, “sudah kamu pulang saja” kata kakek itu, lalu aku mengambil sepeda dan pulang, dengan kesedihan karena tidak bisa bertemu dengan pak presiden, “bagai mana nasib desakuaku sudah mengorbankan tidak sekolah hari ini hanya demi ingin bertemu dengan pak presiden, tapi pak presiden tidak tahu
Dua hari setelah kejadian itu terjadi, aku tetap berpikir bagaimana carauntuk bertemu dengan pak presiden, walau tidak bertemu secara langsung aku ingin mejelaskan masalah kami ini. Sekelibat aku melihat ada orang tukang pos lewat, dia berhenti di sebuah rumah. O iya, bagaimana kalau aku mengirim surat saja kepada pak presiden, yang isinya adalah semua keluhan masallah yang ada di desaku ini, aku hampiri saja tukang pos itu dan aku tanyak, “ pak jika aku mengirim surat pada pak presiden bisa apa tidak ya pak?” , “bisa dik..” jawab tukang pos itu, “ pak aku mau mengirim surat pada pak presiden bisa pa tidak pak??” tanyaku lagi, “bisa – bisa aja…” tegas tukang pos itu, dengan seketika aku menulis semua keluh kesah dan masalah yang kami hadapi, lalu aku titipkan kepada pak pos,
Keesokan harinyapak pos lewat lagi,lalu aku hampiri saja dan bertanya, “ pak bagaimana surat saya yang kemarin pak??”tanyaku, “masih dikirim dik, tunggu 97 hari lagi” jawab pak pos
Seminggu kemudian pak pos lewat lagi didepan rumahku, ku hampiri dan kutanya lagi “ bagaiman surat saya pak??” tanyaku, “masih belum ada balasan” jawab pak pos, “ pak aku mau titip surat lagi..” lalu aku membuat surat lagi langsung kepada bapak presiden.harapanku surat itu bisa dibalas oleh pak presidenselama tujuh hari sambil menunggu balasan dari pak presidenaku terus mengirim surat pada pak presiden.
Tujuh hai sudah pak pos lewat lagi, “ pak pos..!!” panggilku, “masih belum ada jawaban dik…”jawabnya, sudah putus harapan terhadap surat ke pak presiden. Entah mengapa suratku tidak dibalas oleh pak presiden, apa tidak sampai ke pak presiden atau pak presiden tidak sempat membacanya karena banyak pekerjaan, atau tulisanku yang tidak bisa dibaca atau yang lainya.aku sudah tidak bisa berharap pada surat itu.
Suatu hari ketika melihat TVpak guruku melihat melihat ada pemberitahuan kalau akan diadakan lomba cerdas cermat se-Indonesia, dan pemenangnya akan mendapat hadiah dan betemu langsung dengan pak presiden. Selanjutnya pak guruku memberitahukan tentang lomba itu kepada para siswa. “ pak guru aku mau ikut mewakili sekolah kita..” ujarku, “ tetapi Oloi, sekolahan kita kekurangan, mana mungkin kita bisa bbersaing dengan sekolah – sekolah lain” jawab pak guru, “ belum tentu pak Gufron, kita masih mempunyai kekuatan untuk berupaya, walau kita kekurangan tetapi otak kita sama, kepandain kita sama, kita harus terus berusaha untuk bisa bersaing dengan yang lainnya walau dengan keterbatasan” tegas pak kepala sekolah ( pak Hadi ), “ baik pakkalau begitu” jawab pak gufron, akhirnya dipilih kami berdua, yaitu aku dan si cerdas anak pak Kaman yang kaya si Irzi. Lalu kami berdua belajar dan dididik oleh pak Gufron.setiap hari sejak dari pagi hingga siang hari. Kami terus berusaha belajar supaya bisa menyaingi sekolahan yang lain. Selain belajardengan pak Gufron aku juga belajar sendiri di rumah, karena aku harus bisa memenangkan perlombaan ini, agar bisa bertemu dengan pak presiden. Pak Gufron menjelaskan bahwa kami harus bertanding dulu di kecamatan untuk selasi sekecamatan, nanti kalau lulus mejadi se kabupaten, lalu se-provinsi, dan akhirnya se-Indonesia.
Hari – hari yang ditunggu telh tiba, pertandingan kami sekecamatan akan diselenggarakan hari ini, semua peserta disuruh siap dan diberi lembaran soal yang tebal yang berisi ratusan pertanyaan yang sulit – sulit. Terdengar suara “ Oloi… irzi…kalian pasti bisa..” pak Gufron menyemangati kami. Waktu 2 jam telah kami lalui, semua soal telah dapat selesai kami kerjakan, setelah itu panitia mengumumkan kalau hasil selesi akan di umumkan ke sekolah masing –masing dalam dua hari kedepan
“Oloi, Irzi bagaimana soal – soal test tadi??” Tanya pak Gufron, “ sulit –sulit pak..”jawab kami, “semoga kita semua berhasil ya..”kata pak Gufron, “ iya pak… amin..”jawab kami bersamaan. Setela 2 hari menunggu hasil itu dengan cemas, ada utusan dari kecamatan datang kesekolah kami yang berada di aula kelurahan itu. Pak hadi selaku kepala sekolah langsung menerima utusan itu,ternyata utusan itu membawa hasil seleksi lomba cerdas cermat kemarin lusa,setelah kami menerima hasil itu, wah jantung kamiterus berdeta kencang. Pak Hadi membuka pelan dari ujung amplop satu ke yang satunya mulai dirobek, sebuah kertas dikeluarkan, pa hadi terdiam sejenak, “ bagaimana pak ??” Tanya pak Gufron, pak hadi masih terdiam,lalu pak Gufron mendeati,” maaf pak mboileh saya melihatnya??” Tanya pak Gufron pak hadi memberikannya, pak Gufron tiba – tiba terdiam juga, “ pak…bagaimana pak hasilnya??”Tanya kami berdua penasaran. “ selamat…kita lolos, kita menjadi wakil kecamatan ini…kita lolos…kita lolos…” teriak pak Gufron bahagia. Setelah itu semua menjadi ikut bahagia kerana harapan sudah ada didepan mata. “ iya kan…walau kita dengan kondisi terbatas, kita pasti bisa menyaingi sekolah –sekolah lain, asalkan kita mau berusaha untukbisa” tegas pak Hadi. “ Baik mulai sekarang kita harus berusaha lebih keras lagi supaya kita bisa mewakili provinsi ini di ajang nosional” lanjut pak Gufron, “ baik pak” sahut kami.
Hari –hari kami isi dengan belajar terus menerus, kami tidak mau kalau kami kalah. Aku masih harus bertemu dengan pak presiden.kami haus menang…
Perlombaan tingkat kabupaten akhiurnya dilaksanakan yang mengikuti lomba ini adalah para siswa terbaik dari setiap kecamatan, berbeda dengan di kecamatan lalu, kali ini kami tidak mendapat lembaran soal yang tebal dan penuh pertanyaan sekarang kami harus dapat menjawab pertanyaan dari para juri, siapa yang banyak menjawab akan menang. Satu – persatu pertanyaan diajukan pada kami, akhirnya kami dapat menjawab 20 pertayaan dari 30 pertanyaan, sesuai dengan keputusan juri kammi masuk 4besarkarena ada sekolah lain yang mampu menjawab sama dengan sekolah kami atau malah lebih banyak. Satu persatu petayaan di ajukan pada kamiakhirnya dari 20 pertayaan kami mampu menjawab 12, dan dan kami pun masuk ke babak penentuan, diajukan 10 pertanyaan, dan siapa dari 10 pertanyaan itu yang mampu yang mampu mejawabnya berarti dia yang menang, 4 dengan 4 kami seimbang tinggal satu pertanyaan terakhir, siapa yang bisa menjawab dialah yang mewakili kabupaten ini ketingkat provinsi, kelompok lawan ternyata lebih cepat menjawabnya, tetapi kami bersyukur karena jawaban meeka salah,kami dibei kesempatan untukmenjawabnya,aku ingat semua masyarakat di desa, aku harus ke pak presiden, aku harus menang.seketika petanyaan itu aku jawab,dan ternyata jawabanku benar..kami sangat bergembira karena kami bisa ke tingkat provinsi.
Perlombaan tingkat provinsi diadakan 7 hari lagi,hari demi hari kami gunakan waktu hanya untuk belajar, kami berdua tidak dimasukkan sekolah,tetapi kami dididik oleh pak Gufron secara tersendiri.
Tujuh hari telah terlewati,sekarang saatnya pelombaan antar kabupaten se provinsi,disana aku lihat anak – anak seusiaku yang memakai pakaian bagus – bagus,terlihat rapid an menarik. Ternyata mereka semua nanti menjadi lawanku, mereka adalah perwakilan kabupaten se provinsi ini. Jam 08.00 perlombaan dimulai, soal – soal dibagi, pertanyaan satu persatu di ajukan hingga akhirnya selesai.” Pengumuman perlombaan se-provinsi ini akan di umumkan di televise dua hari lagi” kata panitia.
Dua hari sudah, dan pagi setelah membantu bapak mejual kelapa aku langsung kke rumah pak lurah, ternyata disana sudah berkumpl teman teman yang juga ingin melihat hasil perlombaan cerdas cermatku kemarin, tiba – tiba muncul iklan di TV, pengumuman hasil lomba cerdas cermat sprovisi jawatengah sebagai berikut. Panitia menetapkan SD 2 manumggal dari desa sukuhadi menjadi juara pertama,sekaligus menjadi perwakilan provinsi jawa tengah ke ajang nasional.demikian pengumumannya.
Kami masih belumpecaya pada iklan itu,lalu kami tunggu iklan itu muncul lagi, ternnyata benar, kami benar benar menjadi pemenang lomba itu, kami semua tidak menyangka kalau kita yang berasal dari SD yang sangat tidak maju bisa memenangkan kejuaraan se-provinsi.
Keesokan harinya pak kepala sekolah mendapat surat dari provinsi,yang tulisannya berisi jadwal pertandingancerdas cermat nasional, yang tepatnya akan dilakukan 4 hari lagi, kami langsung menyiapkan semuanya dari pakaian, buku pelajaran dan yang terpenting bagiku adalah kata – kata yang akan ku sampaikan pada pak presiden, tentang masalah yang ada pada desaku ini, kami pun berempat aku, Irzi, Pak Gufron dan Pak Hadilangsung berangkat hari itu juga,kaerna kata pak Hadi waktu 4 hari itu sangatmepet sekali, maklum kapan lagi ada waktu karena sangat mepet waktunya.alhirnya 2 hari pejalanan ke Jakarta dai desaku yang pelosok telah usai, setiba di Jakarta aku yang telah disambut oleh orang – orang yang bejas rapi – rapi dan diantarkan ke rumah hotel yang sangat megah.kata pak Gufron sisa satu hari ini bisa dighunakan jalan – jalan jika kami mau, tetapi kami enggan, karena kami sadar kalau kami harus belajar, menurut kami lawan kami kali ini pasti lebih berat dari yang sebelumnya.kami sudah cukup puas bisa melihat Jakarta dari jendela kkamar hotel yang kami tempati tiu,maklum kami berada di lanati 10 suatu hotel di Jakarta. Sambil belajar kami bisa meliha t gedung – gedung yang sangat megah, besar tinggi dan jalan – jalan ray yang lebar sekali dengan mobil mewah yang bagus – bagus melintas ditengahnya.
Hari perlombaan tiba.kami semua para pesera di dudukkan di kursi panjang.berjajar 4 sap.kami diberi soal – soal dan ternyata soalnya hanya 50 soal, itupun juga contoh2 orang, wah mudah pikirku,namun tidak seperti yang ku bayangkan, walaupu solnya hanya sedikit namunsangat sulit, apalagi kami mmanya dibei waktu 60 menit.
Enam puluh menit usai juga,kami diusruh menunggu sekitar satu jam. Dan jawaban itu dikoreksi, setelah satu jamselesai, tibalah saat – saat pengumuman pembawa acara itu mulai mengumumkan hasilnya, “ empat provinsi yang lolos ke babak grand final adalah…” dia diam sejenak, wah bikin deg-degan saja.. “ profinsi DKI Jakarta, provinsi jawa timur, provinsi jabarat dan yang terakhir adlah provinsi jawa tengah.” Wah kami sangat lega… “ anak – anak perjuangan kita belum berakhir, jangan bangga dulu” kata pak Hadi dan kami mengangguk saja, setelah itu perwakilan 4 provinsi itu disuruh naik keatas panggung yang megah dan di lengkapi peralatan canggih itu,kami akan dites Tanya jawab langsung, ada 20 pertanyaan, satu pertanyaan nilainya 10, siapa yang mendapat nilai terbanyak, merekalah yang menang,satu persatu ptanyaan disajikan, 5 menit belalau dan 18 pertanyaan telah di ajukan dan nilai sementara DKI Jakarta 50, jawabarat 40, jawa timur 40, dan kami telah mendapat nilai 50.tinggal 2 petanyaan lagi, pertanyaan ke 19 dibacakan dan dengan cepat jawatimur menjawab dengan benar,nilai menjadi 50,50,50,40. Pertanyaan tinggal 1, sipa dari kami bertiga menjawab dan benar maka merekalah pemenangnya,tapi jika jawa barat yang menjawab maka akan di beria 1 pertanyaan lagi,ternyata benar, jawa barat yang dapat menjawabnya,sekarang semua kelmpok nilainya seimbang.sekarang di tambah satu soal lagi,aku dan Irziharus bisa menjawab pertanyaan kali ini. Aku harus menang kaena warga desaku menanti kami,pak Gufron juga menanti, begitu pula pak kepala sekolah dan teman – teman kami juga menanti. Jika kami menang mungkin nasib kami akan berubah. Pertanyaan terakhir diajukan jabar mejawab namun salah,diikuti jatim mejawab namun salah juga,juri mempersilahkan DKI Jakarta untuk menjawab dahulu dan ternyata salah juga, tinggal kami jaka kami salah jga maka akan dijukan satu pertanyaan lagi, aku dan Irzi berunding lalu kami menjawab pertanyaan itu, dengan deg – degan kami menunggu keputusdan dari juridan akhirnya juri menetapkan jawaban kami adalah benar, kami menang, aku tidak percaya ini, “ kami menang “ pak Gufron dan pak Hadi baerteriak gembira.warga dan teman – teman sekolahku jaga ikut senang, mereka tau karena acra ini juga ditayangkan di televisi.
Inilah saatnya pemberian hadia oleh pak presiden, inilah saat yang ku tunggu – utnggu, aku sudah tidak sabar, tiba – tiba datang seorang laki – laki yang katanya akan membagikan hadiah tiu, pembawa acara lalu menyiarkan , dikarenakan kini saatnya metri pendidikan menyerahkan piagam penghargaan kepada juara petama , setelah memberikan hadiah pada kami bapak mentri berpidato sebentar, dan dalam pidatonya beliau mengatakan pak metri menggantikan pak presiden karena pak presiden hari ini harus menemui dutabesar dari amerika, aku sangat kecewa denga hal ini, seharusnya kebahagiaan yang kami dapat bukan kekecewaan. Apa mungkin kaena kami rakyat kecil sehingga pak presidan ttidak mau menemui kami, tapi mungkin hal yang dilakukan pak presiden psati merupakan hal yang terbaik buat negri ini, mungkin bertemu duta besar Amerika itu untuk orang banyak sedang memberikan hadiah kan hanya untuk seseorang.
Kami lalu pulan, sesampai di desaku kami disambut pak lurah dan para waraga des, mereka sangat senang dengan hari ini, mereka sedikit lupa dengan masalah yang sedang mereka hadapi, menurut pak Gufron kami mendapat hadiah Rp 25.000.000,- wah jumlahnya sangat besar, lalu pak lurah membagi uang itu, Rp 10.000.000,- dibagikan pada warga desa yang kekurangan, lalu Rp 10.000.000,- di belikan tanah untuk mendirikan sekolahan, dan yang 5.000.000,- diberikan padaku da Irzi, namun semua bagianku langsung kuberikan pada ibuku, tetapi ibuku hanya mengambilnya Rp 400.000,- saja, “ kenapa Bu kok Cuma ibu ambil segitu??” Tanyaku, “ ini semua adalah hakmu, ini semua milikmu, mungkin nanti kamu butuh…” jawab ibu, “ butuh untuk apa bu?? Anak SD sepertiku butuh apa bu? Semua kan terserah ibu..” lanjutku, “ sudah kamu simpan saja buat tabungan nanti kalau butuh kita bisa ambil”jawab ibu, “baik bu” jawabku, aku muali mengarti kembali bagaimana cara untuk menemui pak presiden yang paling tepat, sesekali aku lihat uang hasil perlombaan itu, aku mendapat ide,aku harus ke Jakarta untuk menemui pak presiden secara langsung, dengan segera akusipakan baju untuk pergi ke Jakarta, “ besok.. oh sekarang” pikirku. Malam itu juga aku jalan ke kota supya tadak ada orng yang tau kalau aku ke Jakarta sedirian. Aku harus bulatkan tekadku, semua ini untuk desaku dn para nelayan, sampai di kota aku langsung nenuju stasiun dan waktu itu pukul 03.00 dini hari, stasiun masih tutup, ku lihat jadwal kereta menuju Jakarta pukul 08.00 pagi, jadi aku bisa tidur atau istirahat sebentar.
Jam 08.00 tepat aku sudah membeli karcis, tapi kereta yang menuju Jakarta masih belum muncul juga, hingga jam 09.00 terdengar kereta datang, dan pihak stasiun mngumumkan kalu keeta jurusan Jakarta telah datang, semua penumpang diharap siap –siap, pejalanan ke Jakarta sudah mulai satu hari satu malam perjalanan naik keeta ke Jakarta, sesampai stasiun Jakarta aku harus kemana, aku berjalan bolak – balik dari ujung ke ujung setasiun, tiba – tiba aa seseorang datang menghampiriku dan di bertanya “ aduh adek mau kemana??”, saya mau ke pak presiden” jawabku, “ oo..mau ke pak presiden, ayo saya natar”tawarnya padaku, karena ku tak tau seluk beluk Jakartajadi aku ikut saja ajakn orang itu, lalu aku diajak berjalan jauh dan sampailah ke suatu tempat yang kumuh, banyak sampah dan ber bau, disana banyak anak seusiku, aku pikir mereka juga mau bertemu dengan pak presiden, lalu laki – laki itu berkata “ adik..kamu kerja dulu seperti teman – temanmu itu, nanti kalau sudah dapat uang banyak dan adiktidak lelah lagi nanti aku antar ke pak presiden, karena rumah pak presiden itu jauh” aku hanya bisa mengangguk, lalu aku disuruh kerja meminta – minta dan ngamen di salah satu perempatan jalan di Jakarta, salah satu temanku bilang” hai teman, apa kamu tidak sadar kalau kamu sekarang sedang ditipu oleh mereka, kamu dijadikan anak jalanan,mereka tidak akan mengantarmu ke rumah pak presiden, mereka akan menjadikan kita seperti ini”, “ lalu bagaimana aku bisa lari??”tanyaku, “ wah sukit sekali, karena gerombolan mereka sangat banyak, dan ada dimana – mana” jawabnya, “wah untung saja uangku tidak dimanta mereka” jelasku, “ memangnya kamu punya uang?” Tanya temanku, “ punya, nih ku taruh dalam celana dalam ku, karena kata bapakku di kereta dan dikota – kota besar itu banyak copetnya”
Tiba – tiba terdngar suara orang lari – lari, “ayo teman kta lari” ajak temanku, “ kenapa kita harus ikut lari?” balasku, “ ada oprasi anak gelandangan” jawabnya, “kamu dulun sana” jawabku tetap terdaim ditempat karena aku tida tau apa yang sedang terjadi, aku langsung ditangkap oleh orang – orang yang bersragam SATPOL PP, lalu aku dibawa ke truck dan diangkut ke pos meeka, disana kami semua yang tertangkap ditanyai dan dimarahi semua. Ada seseorang yang mendekatiku dan bertanya “ asalmu dari mana?”. “ dari jawa tengah desa sukodadi” jawabku, “ mau kemana kamu ke Jakarta,dan sama siapa?”ia melanjutkan pertanyaannya, “ saya mau bertemu dengan pak presiden, saya sendirian pak” jawabku, “kamu yang juara satu lomba cerdas cermat se Indonesia itu kan?”tanyanya , “ iya pak..”sahut ku, lalu mau apa kamu ke Jakarta danmau bertemu pak presiden?” lalu aku menjelaskan semua masalah yang manimpa desaku dan bapk itu berjanji besok mau mengatarku ke istana pak presiden, “ sudah kamu sekarang tidur dulu, besok kita ke pak presiden” perintah bapak itu.
Jam 03.00 tepat seperti biasa aku sudah bangun, aku jadi inga rumah, biasanya jam segini aku harus membantu bapak kepasar untuk menjual kelapa, lalu sekarang siapa yang membantu bapak,pasti mereka mencariku.
Jam 08.00 bapak yang kemarin datng menghapiriku dan langsung mengajak aku berangkat menuju istana pak presiden. Bapak itu menjelaskan kalau jamsegini biasanya pak presiden datang ke istana presiden, setelah sampai di istana aku disuruh menunggu beberapa saat oleh bapak itu. Lalu terlihat mobil hitam mewah seperti yang kulihat dulu datang tepat di depanku.dan keluarlah pak presiden, aku langsung berlari menuju bapak presiden, tetapi aku dicegat oleh orang yang berjas hitam orangnya tinggi besar. Dari kejuhan terdengar suara “ biarkan…biarkan anak itu…” dan pak presiden datang menghampiriku, dan beliau berkata “ ada apa nak??”. “ pak presiden aku mau melapor” jawabku, “lho itu kan anak yang menjadi juara cerdas cermat tiu” kata pak mentri pendidikn yang ternyata beliau juga ada di sana. “ oo..juara cerdascermat nasional” tegas pak presiden, “ iya pak” jawab pak mentri, lalu aku diajak msuk kedalam mobil pak presidendan beliau bertanya “kamu sudah makan?”. “ balum pak..”jawabku, “ lalu sebenarnya kamu mau apa ke Jakarta dan menemuiku” setelah tiu aku ceritakan kepada pak presiden semua masalah yang menyebabkan aku pergi menemuinya, dan akhirnya pak presiden mau dan berjanjiakan menyelesaikan masalah yang ada didesaku itu, ke-esokan harinya pak presiden mengajakku berangkat ke desaku, tidak kusangka ternyata untuk menuju ke desaku aku dijak naik pesawat terbang bersama pak presiden.setiba di bandara jawatengah kami telah dijemput oleh banyak orang,aku dijak naik mobil hitam mewah untuk pulang ke desaku,di jalan mobil itu tinggal meluncur karena jalan sudah di kosongka, hingga sampailah kami di kotaku, hanya sampai kotalah mobil bisa lewat, selanjutnya kami diantar naik dokar, hingga ke desaku,sesampai di desa orang penasaran mengapa aku bisa bersama pak presiden, aku ajak pak presiden ke kelurahan untuk menemui pak guru dan teman – teman sekelasku,pak presiden melihat langsung kegiatan di sekolahku dari tempat dan sarananya, setelah itu pak presiden aku ajak ke pak lurah, di perjalanan pak presiden melihat langsung keadaan warga desa seperti apa yang aku ceritakan, selanjutnya pak presiden melihat laut kami yang dulu indah dan membawa berkah namun sekarang telah rusak, setelah kejadian itu pak presiden telah mengubah desaku, jalan menuju desa sekarang dapat dilewati mobil, sekarang aku bisa sekolah dengan sarana dan tempat yang layak, orang – orang desa juga tidak kelaparan lagi dan bisa bekerja kembali, laut yang indah telah kembali, Indonesia yang indah telah kembali.terima kasih pak presiden…………..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar